Senin, 22 Februari 2016

Ada 4 Taman Nasional, 7 Cagar Alam dan 6 Taman Hutan Kota di Provinsi Jambi



Provinsi Jambi mempunyai potensi eko wisata yang cukup memadai, Provinsi Jambi merupakan sedikit Provinsi di Indonesia yang mempunyai 4 (empat) Taman Nasional sekaligus yang mewakili seluruh ekosistem dari ekosistem pantai disebelah timur sampai ekosistem dataran tinggi di sebelah barat.

Ke empat Taman Nasional tersebut adalah :

1. Taman Nasional Bukit 12
2. Taman Nasional Berbak
3. Taman Nasional Keinci Seblat
4. Taman Nasional Bukit 30
Taman Nasional Bukit 12 kemungkinan Taman Nasional yang paling unik, mungkin satu-satunya di Indonesia dimana Taman Nasional dijadikan tempa tinggal oleh Masyarakat Suku Terasing yang ada di Provinsi Jambi yaitu Orang Kubu atau Orang Rimba atau Suku Anak Dalam.

Kawasan Konservasi selain Taman Nasional ada Cagar alam yang mempunyai potensi eko wisata hutan  di Provinsi Jambi adalah :

1. Cagar Alam HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR; Tanjung Jabung, Jambi, 4.126,60 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 14/Kpts-II/2003, 7 Januari 2003.
2. Cagar Alam SUNGAI BATARA; Tanjung Jabung Barat, Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.
3. Cagar Alam BULUH HITAM; Bungo Tebo, Jambi, 700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.
4.      Cagar Alam CEMPAKA; Bungo Tebo, Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 421/Kpts-II/ 1999, 15 Juni 1999.

5.      Cagar Alam DURIAN LUNCUK I; Sarolangun Bangko, Jambi, 73,74 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 820/Kpts-II/1997, 30 Desember 1997.

6.      Cagar Alam DURIAN LUNCUK II; Batanghari, Jambi, 41,37 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 821/Kpts-II/ 1997, 30 Desember 1997.

7.      CA Gua ULU TINGKO; Sarolangun Bangko, Jambi, 1,00 ha, GB 6 Staatsblad 1919, 21 Februari 1919.

Taman hutan kota di Provinsi Jambi:
1. Taman Hutan Raya Sultan Thaha (Senami)
2. Hutan Wisata atau Calon Kebun Raya Bukit Sari
3. Hutan Harapan atau Restorasi Ekosistem Indonesia
4. Hutan Pinus atau Kebun Bibit pal 11 Kenali Asam
5. Hutan Kota
6. Hutan Rengas Danau Teluk

 
 4 (Empat) Taman Nasional di Provinsi Jambi
1. Taman Nasional Bukit Dua belas
Taman Nasional Bukit Duabelas adalah taman nasional yang terletak di Sumatra, Indonesia. Taman ini merupakan taman nasional yang relatif kecil, meliputi wilayah seluas 605 km². Di kawasan hutan lindung ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba.
Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan perwakilan bagi hutan hujan tropis di provinsi Jambi. Bagian utara taman nasional ini terdiri dari hutan hujan primer, sementara sisanya merupakan hutan sekunder, sebagai akibat dari penebangan hutan.[1]
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) adalah taman nasional yang terletak di Provinsi Jambi, Indonesia. Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)memiliki luas wilayah 60.500 ha. Di kawasan hutan lindung ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba.
Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis dataran rendah di Provinsi Jambi. Semula kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan areal penggunaan lain yang digabung menjadi taman nasional. Hutan alam yang masih ada terletak di bagian Utara taman nasional ini, sedangkan yang lainnya merupakan hutan sekunder.
Jenis tumbuhan yang ada antara lain bulian (Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea sp.), menggeris/kempas (Koompassia excelsa), jelutung (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp.), dan rotan (Calamus sp.). Terdapat kurang lebih 120 jenis tumbuhan termasuk cendawan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan obat.
Taman nasional ini merupakan habitat dari satwa langka dan dilindungi seperti siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis nebulosa diardi), kancil (Tragulus javanicus kanchil), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), kijang (Muntiacus muntjak montanus), meong congkok (Prionailurus bengalensis sumatrana), lutra Sumatera (Lutra sumatrana), ajag (Cuon alpinus sumatrensis), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), elang ular bido (Spilornis cheela malayensis), dan lain-lain.
Jumlah sungai dan anak sungai sangat banyak yang berasal dari dalam kawasan ini (terlihat di peta seperti serabut akar), sehingga kawasan ini merupakan daerah tangkapan air terpenting bagi Daerah Aliran Sungai Batanghari. Masyarakat asli suku Anak Dalam (Orang Rimba) telah mendiami hutan Taman Nasional Bukit Duabelas selama puluhan tahun. Suku Anak Dalam menyebut hutan yang ada di Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai daerah pengembaraan; dimana mereka berinteraksi dengan alam, saling memberi, saling memelihara dan saling menghidupi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, suku Anak Dalam melakukan kegiatan berburu babi, mencari ikan, mencari madu, dan menyadap karet untuk dijual.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:Taman Nasional Bukit Duabelas baru ditunjuk sebagai taman nasional, sehingga relatif belum ada fasilitas untuk pengunjung.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :Cara pencapaian lokasi: Dari Jambi ke Pauh (menggunakan bis) melewati Muara Bulian sekitar 3 jam, dari Pauh dilanjutkan charter kendaraan ke Lubuk Jering dan Pematang Kabau sekitar 2 jam
Kantor : Jl. Arif Rachman Hakim No.10
Telp. (0741) 667983, Jambi 36124

Dinyatakan ----
Ditunjuk Menteri Kehutanan dan Perkebunan
SK No.258/Kpts-II/2000 dengan luas 60.500 hektar
Ditetapkan ----
Letak Kab. Sarolangun Bangko, Kab. Bungo
Tebo dan Kab. Batanghari Provinsi Jambi
Temperatur udara 20° - 30°C
Curah hujan ----
Ketinggian tempat 50 - 400 m. dpl
Letak geografis 1°44’ - 1°58’ LS, 102°29’ - 102°49’ BT


2.     Taman Nasional Berbak
Taman Nasional Berbak merupakan kawasan pelestarian alam untuk konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara yang belum terjamah oleh eksploitasi manusia. Keunikannya berupa gabungan yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar yang terbentang luas di pesisir Timur Sumatera.
Jenis tumbuhan di taman nasional antara lain meranti (Shorea sp.), dan berbagai jenis palem. Taman Nasional Berbak terkenal memiliki paling banyak jenis palem tanaman hias di Indonesia. Jenis palem tanaman hias yang tergolong langka antara lain jenis daun payung (Johanesteijmannia altifrons) serta jenis yang baru ditemukan yaitu Lepidonia kingii (Lorantaceae) yang berbunga besar dengan warna merah/ungu.

Ratusan bahkan ribuan burung migran dapat dilihat di taman nasional ini, yang dapat menimbulkan kekaguman apabila burung-burung tersebut terbang secara berkelompok.
Pintu masuk bagian Barat taman nasional ini ditempuh dengan menyelusuri sungai Air Hitam Dalam. Dinamakan Air Hitam Dalam karena warna airnya hitam seperti kopi. Pada waktu air laut surut, kotoran satwa, serasah daun dan lain-lain dari dalam hutan bakau dibawa air sungai tersebut menuju Sungai Batanghari dan terus ke laut.
Taman Nasional Berbak tidak saja dilindungi secara nasional, tetapi juga secara internasional yaitu dengan ditetapkan sebagai Lahan Basah Internasional dalam Konvensi RAMSAR pada tahun 1992.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Air Hitam Dalam.
Menyelusuri sungai dan melihat menyaksikan kehidupan tumbuhan/satwa. Air Hitam Dalam merupakan habitat harimau Sumatera.
Simpangkubu. Penelitian atau menjelajahi hutan, pengamatan satwa dan tumbuhan.
Air Hitam Laut. Penelitian atau menjelajahi hutan, pengamatan satwa dan tumbuhan.

Atraksi budaya di luar taman nasional:
Parade Budaya pada bulan April di Sungai Batanghari-Muara Bulian, Jambi.

Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Novem- ber setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi :
Dari Jambi menyelusuri sungai Batanghari dengan menggunakan speed boat berbelok ke kanan menyelusuri sungai Air Hitam Dalam selama 2,5 – 3 jam, atau langsung ke Nipah Panjang selama 4-5 jam. Dari Nipah Panjang dilanjutkan ke Desa Air Hitam Laut selama 5-8 jam melalui Laut Cina Selatan (perjalanan ke Air Hitam Laut harus melihat cuaca ombak Laut Cina Selatan yang terkenal ganas).
Kantor : Jl. Arif Rahman Hakim No. 10 C Lantai II
Telp./Fax.: (0741) 667983, Jambi 36124
E-mail: berbak@ja.mweb.co.id
Dinyatakan ---
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 285/Kpts- II/1992 dengan luas 162.700 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kab. Tanjung Jabung, Provinsi Jambi
Temperatur udara 25° - 28° C
Curah hujan Rata-rata 2.300 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 20 meter dpl
Letak geografis 1°08’ - 1°43’ LS, 104°05’ - 104°26’ BT

3. Taman Nasional Seblat
Pembentukan Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan hasil dari penyatuan beberapa kawasan Cagar Alam, seperti: Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat. Di dalam cagar alam tersebut terdapat kawasan hutan lindung dan hutan produksi. Kawasan hutan berfungsi menghasilkan air guna memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat yang hidup disepanjang bantaran sungai seperti sungai Batanghari dan sungai Musi. Mengingat peran yang sangat vital dari hutan tersebut, maka pada tanggal 4 Oktober 1982 bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia yang diadakan di Bali, pemerintah menjadikan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai kawasan hutan lindung.

Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki luas 1.368.000 Ha, dengan perincian: seluas 353.780 Ha (25,86%) berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat, 422.190 Ha (30,86%) berada di wilayah Provinsi Jambi, 310.910 Ha (22,73%) terletak di Propinsi Bengkulu; dan seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Propinsi Sumatera Selatan. Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat masuk dalam wilayah 9 Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa di empat provinsi tersebut. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah.
Topografi

Topografi Taman Nasional Kerinci Seblat yang berada pada ketinggian antara 200 sampai dengan 3.805 meter dpl ini bergelombang, berlereng curam dan tajam. Sedangkan topografi taman yang relatif datar, terdapat pada ketinggian 800 meter dpl atau terdapat di daerah enclave yang berada di Kabupaten Kerinci.

Ekosistem
Di dalam Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat beberapa tipe ekosistem hutan. Mulai dari tipe ekosistem hutan dataran rendah, sampai ekosistem sub alpin dan beberapa ekosistem khas seperti rawa gambut, rawa air tawar dan danau. Taman Nasional Kerinci Seblat juga memiliki hutan primer dengan beberapa tipe vegetasi.

Tipe vegetasi utama didominasi formasi seperti: Vegetasi dataran rendah yang berada di atas 200 sampai 600m dari permukaan laut (dpl); hutan dengan Vegetasi pegunungan/bukit yang berada pada ketinggian 600 sampai 1.500m dpl; hutan Vegetasi montana yang berada pada ketinggian 1.500 sampai 2.500 m dpl; hutan Vegetasi belukar gleichenia/paku-pakuan yang tumbuh pada ketinggian 2.500 sampai 2.800m dpl dan terakhir hutan Vegetasi sub alpine yang tumbuh pada ketingian 2.300 sampai 3.200m dpl.

Flora
Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4.000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae. Tumbuhan yang langka dan endemik seperti pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborea), bunga raflesia (Rafflesia arnoldi dan R. hasseltii), dan bunga bangkai (Amorphophallus titanum dan A. decus-silvae).

Fauna
Fauna di wilayah taman nasional terdiri antara lain Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis), Macan Dahan (Neopholis nebulosa), Harimau Loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Kucing Emas (Felis termminnckii), Tapir Melayu (Tapirus indica), Beruang Madu, Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis). Jenis amphibia antara lain: Katak Bertanduk (Mesophyrs nasuta); jenis primata: Siamang (Sympalagus syndactylus) Ungko (Hylobates agilis), Wau-wau Hitam (Hylobates lar), Simpai (Presbytis melalobates), Beruk (Macaca nemestrina) dan Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan jenis burung endemik seperti: Burung Tiung Sumatera (Cochoa becari), Burung Puyuh Gonggong (Arborophila rubirostris), Burung Celepuk (Otus stresemanni) dan Burung Abang Pipi (Laphora inornata), sekitar 370 spesies burung.

Potensi Pengamatan
Potensi lainnya yang menarik perhatian pengunjung di taman nasional ini, seperti pengamatan suara burung rangkong (Buceros rhinoceros sumatranus) dan julang (Aceros undulatus undulatus) serta suara tawa histeri yang menakjubkan dari burung gading (Rhinoplax vigil); adanya kucing emas (Catopuma temminckii temminckii) yang sangat misterius; serta adanya misteri yang belum terpecahkan tentang sejenis satwa primata yang berjalan tegak dan cepat sekali menghilang diantara pohon, dimana masyarakat setempat menamakannya “orang pendek”.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi

• Gunung Kerinci. Mendaki gunung dan berkemah. Gunung Kerinci (3.805 m. dpl) merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia dan masih aktif. 

• Danau Gunung Tujuh. Melihat panorama danau, dan pengamatan satwa. Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang tertinggi di Sumatera (2.000 m. dpl) seluas 1.000 ha yang dikelilingi oleh tujuh buah gunung. 

• Goa Napal Licin dan Kasah. Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit 

• Grao Solar, Nguak dan Kunyit. Melihat semburan air panas (airnya sangat jernih) setinggi 15 meter dan pengamatan satwa. 

• Letter W. Melihat bunga raflesia dan bunga bangkai, serta kelinci Sumatera. • Rawa Ladeh Panjang. Penelitian dan pengamatan satwa.

Wisata budaya

Melihat budaya Suku Kubu yang masih tradisional, atraksi budaya di luar taman nasional berupa Parade Budaya pada bulan November di Sungai Penuh, Budaya Melayu pada bulan Januari di Jambi, dan Festival Tabot pada bulan Juni di Bengkulu.

Musim kunjungan terbaik

Dari bulan Januari s/d Oktober setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi

Dari Padang-Tapan-Sungai Penuh berjarak 278 km (7-8 jam) dengan mobil, Padang-Muaralabuh-Kersik Tuo, 211 km (5-6 jam) dengan mobil, Jambi-Sarko-Sungai Penuh, 500 km (9-10 jam) dengan mobil dan Bengkulu-Tapan-Sungai Penuh, 417 km (8-9 jam) dengan mobil.

Informasi lebih jauh hubungi
Taman Nasional Kerinci Seblat 

Kantor UPT Taman Nasional Jambi 
Jl. Basuki Rahmat No. 11, Sungai Penuh 32112, Jambi 
Telp. (62) 748-22240, (62) 748 22250 
Fax. 0748-22300 

Kantor Pusat Pengurus Taman Nasional II (PTN II) Padang 
Jalan Khatib Sulaiman no. 46 Padang 
Telp./fax: (62) 751-447668 

Kantor Sub Balai KSDA Propinsi Bengkulu 
Jl. Mahoni No. 11 Bengkulu 
Telp. (62) 736 21697 

Kantor Sub Balai KSDA Sumatera Selatan 
Jl. Kol. H. Barlian Punti Kayu Km 6,5 Palembang 
Telp. (62) 711 410948.



4. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (juga disebut Bukit Tigapuluh) adalah taman nasional yang terletak di Sumatera, Indonesia. Taman Nasional ini terletak di provinsi Riau dan Jambi. Taman seluas 143.143 hektare ini terdiri dari hutan hujan tropis dan terkenal sebagai tempat terakhir spesies terancam seperti orangutan sumatera, harimau sumatera, gajah sumatera, badak sumatera, tapir asia, beruang madu dan berbagai spesies burung yang terancam. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh juga merupakan tempat tinggal bagi Orang Rimba dan Talang Mamak.
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh kini mendapat ancaman serius dari penebangan hutan ilegal dan penanaman minyak sawit.
Taman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera, dan mempunyai potensi keanekaragaman jenis tumbuhan/satwa endemik yang bernilai cukup tinggi.
Tipe ekosistem penyusun hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh adalah hutan dataran rendah, hutan pamah dan hutan dataran tinggi dengan jenis floranya seperti jelutung (Dyera costulata), getah merah (Palaquium spp.), pulai (Alstonia scholaris), kempas (Koompassia excelsa), rumbai (Shorea spp.), cendawan muka rimau/raflesia (Rafflesia hasseltii), jernang atau palem darah naga (Daemonorops draco), dan berbagai jenis rotan.
Taman Nasional Bukit Tigapuluh memiliki 59 jenis mamalia, 6 jenis primata, 151 jenis burung, 18 jenis kelelawar, dan berbagai jenis kupu-kupu.
Disamping merupakan habitat harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus) dan lain-lain; juga sebagai perlindungan hidro-orologis Daerah Aliran Sungai Kuantan Indragiri.
Semula kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Meskipun demikian, kondisi hutan taman nasional tersebut relatif masih alami.
Masyarakat di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh terdiri dari beberapa suku dengan adat istiadat dan budaya yang relatif masih sangat tradisional yaitu Suku Anak Dalam, Suku Talang Mamak dan lain-lain. Masyarakat tersebut terutama Suku Talang Mamak, percaya bahwa bukit dan tumbuhan yang ada di taman nasional ini mempunyai kekuatan magis dalam kehidupan mereka. Secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melindungi bukit/tumbuhan di taman nasional.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:  Air Hitam Dalam. Menyelusuri sungai dan melihat menyaksikan kehidupan tumbuhan/satwa. Air Hitam Dalam merupakan habitat harimau Sumatera. Tembelung Berasap. Melihat panorama air terjun, mandi dan pengamatan tumbuhan. Batu Belipat dan Batu Gatal. Wisata budaya. Arung jeram. Kegiatan arung jeram dapat dilakukan di Sungai Gangsal, Sungai Menggatai, dan Sungai Sipang. Kemantan. Wisata budaya, untuk melihat upacara keagamaan Suku Talang Mamak. Atraksi budaya di luar taman nasional: Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Siak Bermandah pada bulan Juni dan Pacu Jalur pada bulan Agustus di Riau.

Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Juli setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :
Pakanbaru – Siberida, 285 km (± 4 jam) menggunakan mobil dan selanjutnya ke lokasi melalui jalan bekas HPH.
Kantor : Jl. Raya Rengat No. 70, Pematang Reba
Rengat Indragiri Hulu, Riau
Telp. (0769) 341279; Fax. (0769) 341148
E-mail: btnbt2003@yahoo.com

Dinyatakan -----
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 539/Kpts-II/1995
dengan luas 127.698 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 6407/Kpts-II/2002
dengan luas 144.223 hektar
Letak Kab. Indragiri Hulu dan Kab. Indragiri Hilir Provinsi Riau serta Kab. Bungo Tebo dan Kab. Tanjung
Jabung, Provinsi Jambi
Temperatur udara 28° – 37°C
Ketinggian tempat 60 - 734 meter dpl
Letak geografis 0°40’ - 1°30 LS, 102°13’ - 102°45’ BT


7 (Tujuh)  Cagar alam di Provinsi Jambi
1. Cagar Alam HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR; Tanjung Jabung, Jambi, 4.126,60 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 14/Kpts-II/2003, 7 Januari 2003.
2. Cagar Alam SUNGAI BATARA; Tanjung Jabung Barat, Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999. 
3. Cagar Alam BULUH HITAM; Bungo Tebo, Jambi, 700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.
4.Cagar Alam CEMPAKA; Bungo Tebo, Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 421/Kpts-II/ 1999, 15 Juni 1999.

5.Cagar Alam DURIAN LUNCUK I; Sarolangun Bangko, Jambi, 73,74 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 820/Kpts-II/1997, 30 Desember 1997.

6.Cagar Alam DURIAN LUNCUK II; Batanghari, Jambi, 41,37 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 821/Kpts-II/ 1997, 30 Desember 1997.

Dari 6 Cagar Alam tersebut kita kupas salah satu yaitu Cagar lam HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR; Tanjung Jabung, Jambi, 4.126,60 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 14/Kpts-II/2003, 7 Januari 2003. Provinsi Jambi memiliki garis pantai yang cukup pendek, 228,13 km, bila dibanding provinsi lain yang  memiliki pantai 500 – 3000 km. Hanya dua kabupaten yang dilalui pantai ini,  Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Berbeda dengan pantai di Bali yang terbuka dan berpasir halus, pantai di Provinsi Jambi merupakan pantai tertutup (berhutan bakau) dan berlumpur sehingga fungsinya sebagai  daerah kunjungan wisata kurang menonjol. Akan tetapi dengan berkembangnya konsep wisata yang tidak lagi sekedar menjual keindahan wilayah, keunikan dan kekayaan alam wilayah di pantai Timur Provinsi Jambi ini berpotensi menarik wisatawan. Keunikan tersebut antara lain hutan bakau dengan fauna serta flora yang bersifat endemik seperti angrek hitam,lumba-lumba,  buaya, aneka jenis burung; atau sumberdaya alamnya alamnya berupa jenis ikan laut dan madu hutan bakau.
Sayangnya, kegiatan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk tidak selalu berhubungan harmonis dengan lingkungan. Kedua kabupaten yang merupakan pecahan dari Kabupaten Tanjung Jabung pada tahun 1999 ini, berpacu mengejar ketertinggalannya dan seringkali langkah tersebut mengabaikan lingkungan yang semestinya dipertahankan secara optimal untuk kehidupan generasi yang akan datang.
Tulisan ini sekilas akan memaparkan  kondisi Pantai Timur Provinsi Jambi saat ini, khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Tanjung Jabung Timur Mengejar Ketertinggalan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 54 Tahun 1999 dan Undang-undang No. 14 Tahun 2000. Berdasarkan Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur termasuk perairan dan 30 pulau kecil (termasuk pulau berhala, 11 diantaranya belum bernama) menjadi 13.102,25 Km2. Panjang pantai sekitar 191 km atau 90,5 % dari panjang pantai Provinsi Jambi.
Pada periode pemerintahan Bupati Tanjung Jabung yang pertama, Abdullah Hich, telah banyak perubahan yang dilakukannya terhadap salah satu kabupaten terisolir di Indonesia tersebut. Hich membangun ratusan sekolah dan puskesmas. Pada masa kepemimpinannya jugalah infrastruktur jalan dan jembatan dibangun sehingga jarak tempuh Kota Jambi ke Kota Muara Sabak yang dulunya lebih dari  5 jam, kini bisa dicapai dalam waktu 2 jam saja.
Penerusnya, Bupati Zumi Zola Zulkifli tak kalah gesit membangun daerah dan membuka keterisoliran wilayahnya. Kebijakannya untuk memberikan insentif kepada para guru agar bertahan di pelosok,  pemberian kredit ringan untuk para nelayan melalui program pengadaan pompong (kapal nelayan kecil berkekuatan 3 GT) dan lain-lain, cukup terasa meringankan beban masyarakat bawah.
Kabupaten yang berbatasan dengan Kepulauan Riau ini merupakan daerah kaya dengan kegiatan pertanian utama bertanam padi, pisang, kelapa dalam, kelapa sawit, pinang dan perikanan.
Selain sebagai kawasan ekonomi potensial, Tanjab Timur juga merupakan kawasan konservasi atau pelestarian alam. Disini terdapat dua kawasan konservasi hutan bakau yakni Cagar Alam Hutan Bakau (4.126 Ha) dan Taman Nasional Berbak (162.700). Taman Nasional Berbak (TNB) merupakan kawasan konservasi lahan basah terluas di Asia Tengggara. Pantainya merupakan tempat persinggahan burung-burung migran setiap tahunnya.
Sebagai daerah tujuan wisata, Tanjab Timur mulai menyelenggarakan agenda tahunan seperti ritual Mandi Safar di Pantai Air Hitam yang dihadiri ribuan masyarakat. Selain itu terdapat pantai lain yang cukup ramai dikunjungi, Pantai Alang-alang dan Sungai Ular. Keberadaan situs Datuk Berhala di Kecamatan Sadu yang dipercaya merupakan moyangnya orang Jambi, kegiatan mengintip burung (birdwatching) dan rute ekowisata ke taman nasional, termasuk daya tarik lain daerah ini. Belum lagi kuliner yang ditawarkan seperti Sop Sumbun. Sumbun adalah sejenis kerang bambu yang hanya ada di perariran Tanjab Timur dan Kalimantan. Kelangkaan serta khasiatnya menyebabkan sumbun dihargai hingga 15 ringgit per kilonya di Malaysia.
Dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap Ekonomi Masyarakat
Daerah pantai di Tanjab Timur masih menggambarkan kemiskinan, sebagaimana jamak terlihat di daerah pesisir lainnya di Indonesia. Berkeliling menggunakan boat, kita akan melihat barisan rumah pantai yang kumuh, sempit, tak teratur dan merusak pemandangan. Di kolong rumah berserakan sampah plastik dan limbah dapur serta limbah manusia. Rumah-rumah pantai tersebut memang tidak memiliki fasilitas kakus. Pantai dan laut bagi mereka adalah halaman belakang rumah, tempat untuk membuang sampah dan barang-barang tak berguna lainnya.
Angka kemiskinan di Tanjung Jabung Timur masih tinggi. Berdasarkan data tahun 2012, terdapat 5.759 KK miskin atau 11,25% dari total penduduk daerah tersebut.  Masyarakat miskin di kawasan pantai ikut  menyumbangkan pencemaran, memperparah tingkat pencemaran yang bersumber dari  industri.
Pencemaran Laut Akibat Aktivitas Industri Menengah Dan Besar di Tanjab Timur

Perambahan hutan bakau sampai saat ini masih terjadi. Wilayah hutan yang luas sementara petugas pengawasnya terbatas, mengakibatkan hutan bakau tak terjaga secara optimal. Bukan hanya itu, kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan pun menurun. Di wilayah pantai timur, kayu bakau sering diambil untuk keperluan memancang bangunan (cerucuk), menopang jala ikan di pantai (jajar) atau untuk tenda pesta. Ulah oknum nakal yang menjadikan kayu bakau sebagai komoditi dagang, menyebabkan kerapatan hutan bakau semakin berkurang. Di masa lalu terdapat kearifan lokal, setiap warga yang hendak menikah diwajibkan menanam 10 batang bakau. Sekarang tradisi tersebut tak dijumpai lagi.
Ancaman terhadap hutan bakau bukan saja untuk diambil kayunya, juga  untuk diambil tanahnya. Di Kecamatan Nipah Panjang misalnya, dari 11 pulau yang ada di wilayah tersebut, 9 pulau diantaranya merupakan wilayah konservasi namun saat ini banyak yang diambil masyarakat, lalu dijadikan kebun kelapa, pisang bahkan membangun rumah. Keshalehan ekologi masyarakat menurun karena dihadapkan pada pilihan ekonomi untuk bertahan hidup.
Kekumuhan pantai dan kerusakan hutan bakau, berlahan-lahan menunjukkan dampak negatifnya,  berupa menurunnya hasil tangkapan ikan. Para nelayan kini harus melaut lebih jauh dan seringkali pulang membawa hasil yang tidak memadai. Hal ini disebabkan menurunnya produktivitas ikan karena akar bakau yang merupakan tempat berbiak alami ikan-ikan tersebut jauh menyusut.
Demikian juga banyak petani kelapa dalam yang harus meninggalkan lahannya karena pohon kelapa tidak produktif lagi. Hal ini disebabkan oleh hantaman ombak dan intrusi air laut. Bakau dan nipah yang dulu berfungsi melindungi pantai dari abrasi dan intrusi air laut kini berkurang kerapatannya sehingga tidak mampu menahan ombak yang sangat besar pada bulan-bulan tertentu.
Upaya pemerintah membangun tanggul di sekitar kebun atau rumah penduduk merupakan langkah yang boros. Seandainya bakau dan nipa masih ada, tanggul tersebut tidak diperlukan untuk mencegah abrasi. Pengabaian  fungsi ekologi bakau mengakibatkan biaya pembangunan di Tanjab Timur menjadi lebih tinggi.
Saat ini ada upaya dari Badan Konservasi Sumbar Daya Alam Jambi (BKSDA) untuk merekrut warga setempat menjadi kader konservasi. Mereka diharapkan dapat menularkan kesadaran ekologi kepada warga sekitar sehingga penebangan pohon bakau dapat dikurangi.  Penegakan peraturan  bukan solusi terbaik karena keterbatasan aparat dan wilayah yang sangat luas. Upaya meningkatkan kesalehan masyarakat terhadap lingkungannya harus segera dimulai dan biayanya jauh lebih rendah daripada harus membangun tanggul atau merekrut pegawai pemerintah untuk mengawasi kawasan konservasi di Tanjab Timur ini.

2. Cagar Alam SUNGAI BATARA; Tanjung Jabung Barat, Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.

PUSTAKA:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar