Provinsi Jambi mempunyai potensi eko wisata
yang cukup memadai, Provinsi Jambi merupakan sedikit Provinsi di Indonesia yang
mempunyai 4 (empat) Taman Nasional sekaligus yang mewakili seluruh ekosistem
dari ekosistem pantai disebelah timur sampai ekosistem dataran tinggi di
sebelah barat.
Ke empat Taman Nasional tersebut adalah :
1. Taman Nasional Bukit 12
2. Taman Nasional Berbak
3. Taman Nasional Keinci Seblat
4. Taman Nasional Bukit 30
Taman Nasional Bukit 12 kemungkinan Taman Nasional yang paling unik, mungkin
satu-satunya di Indonesia dimana Taman Nasional dijadikan tempa tinggal oleh
Masyarakat Suku Terasing yang ada di Provinsi Jambi yaitu Orang Kubu atau Orang
Rimba atau Suku Anak Dalam.
Kawasan Konservasi selain Taman Nasional ada Cagar alam yang mempunyai potensi
eko wisata hutan di Provinsi Jambi
adalah :
1. Cagar Alam HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR; Tanjung Jabung,
Jambi, 4.126,60 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 14/Kpts-II/2003, 7
Januari 2003.
2. Cagar Alam SUNGAI BATARA; Tanjung
Jabung Barat, Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI
Nomor: 421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.
3. Cagar Alam BULUH HITAM; Bungo Tebo,
Jambi, 700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor:
421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.
4.
Cagar Alam CEMPAKA; Bungo Tebo,
Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor:
421/Kpts-II/ 1999, 15 Juni 1999.
5.
Cagar Alam DURIAN LUNCUK I;
Sarolangun Bangko, Jambi, 73,74 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor:
820/Kpts-II/1997, 30 Desember 1997.
6.
Cagar Alam DURIAN LUNCUK II;
Batanghari, Jambi, 41,37 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 821/Kpts-II/
1997, 30 Desember 1997.
7.
CA Gua ULU TINGKO; Sarolangun
Bangko, Jambi, 1,00 ha, GB 6 Staatsblad 1919, 21 Februari 1919.
Taman hutan kota di
Provinsi Jambi:
1. Taman Hutan Raya Sultan Thaha (Senami)
2. Hutan Wisata atau Calon Kebun Raya Bukit Sari
3. Hutan Harapan atau Restorasi Ekosistem Indonesia
4. Hutan Pinus atau
Kebun Bibit pal 11 Kenali Asam
5. Hutan Kota
6. Hutan Rengas Danau Teluk
4 (Empat) Taman Nasional di Provinsi Jambi
1. Taman Nasional
Bukit Dua belas
Taman
Nasional Bukit Duabelas
adalah taman nasional yang terletak di Sumatra, Indonesia.
Taman ini merupakan taman nasional yang relatif kecil, meliputi wilayah seluas
605 km². Di kawasan hutan lindung ini berdiam Suku Anak Dalam
atau Suku Kubu atau Orang Rimba.
Taman Nasional Bukit Duabelas
merupakan perwakilan bagi hutan hujan tropis di provinsi Jambi. Bagian utara taman nasional ini
terdiri dari hutan hujan primer, sementara sisanya merupakan hutan sekunder,
sebagai akibat dari penebangan hutan.[1]
Taman Nasional Bukit Duabelas
(TNBD) adalah taman nasional yang terletak di Provinsi Jambi, Indonesia. Taman
Nasional Bukit Duabelas (TNBD)memiliki luas wilayah 60.500 ha. Di kawasan hutan
lindung ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba.
Taman
Nasional Bukit Duabelas merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis dataran
rendah di Provinsi Jambi. Semula kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi
tetap, hutan produksi terbatas dan areal penggunaan lain yang digabung menjadi
taman nasional. Hutan alam yang masih ada terletak di bagian Utara taman
nasional ini, sedangkan yang lainnya merupakan hutan sekunder.
Jenis
tumbuhan yang ada antara lain bulian (Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea
sp.), menggeris/kempas (Koompassia excelsa), jelutung (Dyera
costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp.),
dan rotan (Calamus sp.). Terdapat kurang lebih 120 jenis tumbuhan
termasuk cendawan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan obat.
Taman nasional ini merupakan
habitat dari satwa langka dan dilindungi seperti siamang (Hylobates
syndactylus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis
nebulosa diardi), kancil (Tragulus javanicus kanchil), beruang madu
(Helarctos malayanus malayanus), kijang (Muntiacus muntjak montanus),
meong congkok (Prionailurus bengalensis sumatrana), lutra Sumatera (Lutra
sumatrana), ajag (Cuon alpinus sumatrensis), kelinci Sumatera (Nesolagus
netscheri), elang ular bido (Spilornis cheela malayensis), dan
lain-lain.
Jumlah
sungai dan anak sungai sangat banyak yang berasal dari dalam kawasan ini
(terlihat di peta seperti serabut akar), sehingga kawasan ini merupakan daerah
tangkapan air terpenting bagi Daerah Aliran Sungai Batanghari. Masyarakat asli
suku Anak Dalam (Orang Rimba) telah mendiami hutan Taman Nasional Bukit Duabelas
selama puluhan tahun. Suku Anak Dalam menyebut hutan yang ada di Taman Nasional
Bukit Duabelas sebagai daerah pengembaraan; dimana mereka berinteraksi dengan
alam, saling memberi, saling memelihara dan saling menghidupi. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, suku Anak Dalam melakukan kegiatan berburu babi, mencari
ikan, mencari madu, dan menyadap karet untuk dijual.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:Taman Nasional Bukit
Duabelas baru ditunjuk sebagai taman nasional, sehingga relatif belum ada
fasilitas untuk pengunjung.
Musim
kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :Cara pencapaian lokasi:
Dari Jambi ke Pauh (menggunakan bis) melewati Muara Bulian sekitar 3 jam, dari
Pauh dilanjutkan charter kendaraan ke Lubuk Jering dan Pematang Kabau sekitar 2
jam
Kantor
: Jl. Arif Rachman Hakim No.10
Telp. (0741) 667983, Jambi 36124
Dinyatakan ----
Ditunjuk Menteri Kehutanan dan Perkebunan
SK No.258/Kpts-II/2000 dengan luas 60.500 hektar
Ditetapkan ----
Letak Kab. Sarolangun Bangko, Kab. Bungo
Tebo dan Kab. Batanghari Provinsi Jambi
Temperatur udara 20° - 30°C
Curah hujan ----
Ketinggian tempat 50 - 400 m. dpl
Letak geografis 1°44’ - 1°58’ LS, 102°29’ - 102°49’ BT
2.
Taman Nasional Berbak
Taman Nasional Berbak merupakan
kawasan pelestarian alam untuk konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara
yang belum terjamah oleh eksploitasi manusia. Keunikannya berupa gabungan yang
menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar yang terbentang luas
di pesisir Timur Sumatera.
Jenis tumbuhan di taman
nasional antara lain meranti (Shorea sp.), dan berbagai jenis palem.
Taman Nasional Berbak terkenal memiliki paling banyak jenis palem tanaman hias
di Indonesia. Jenis palem tanaman hias yang tergolong langka antara lain jenis
daun payung (Johanesteijmannia altifrons) serta jenis yang baru
ditemukan yaitu Lepidonia kingii (Lorantaceae) yang berbunga besar
dengan warna merah/ungu.
Ratusan bahkan ribuan burung migran dapat dilihat di taman nasional ini, yang
dapat menimbulkan kekaguman apabila burung-burung tersebut terbang secara
berkelompok.
Pintu
masuk bagian Barat taman nasional ini ditempuh dengan menyelusuri sungai Air
Hitam Dalam. Dinamakan Air Hitam Dalam karena warna airnya hitam seperti kopi.
Pada waktu air laut surut, kotoran satwa, serasah daun dan lain-lain dari dalam
hutan bakau dibawa air sungai tersebut menuju Sungai Batanghari dan terus ke
laut.
Taman
Nasional Berbak tidak saja dilindungi secara nasional, tetapi juga secara
internasional yaitu dengan ditetapkan sebagai Lahan Basah Internasional dalam
Konvensi RAMSAR pada tahun 1992.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Air Hitam Dalam. Menyelusuri
sungai dan melihat menyaksikan kehidupan tumbuhan/satwa. Air Hitam Dalam
merupakan habitat harimau Sumatera.
Simpangkubu. Penelitian atau
menjelajahi hutan, pengamatan satwa dan tumbuhan.
Air Hitam Laut. Penelitian atau
menjelajahi hutan, pengamatan satwa dan tumbuhan.
Atraksi budaya di luar taman nasional: Parade Budaya pada bulan April di
Sungai Batanghari-Muara Bulian, Jambi.
Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Novem- ber setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi : Dari Jambi menyelusuri sungai Batanghari dengan
menggunakan speed boat berbelok ke kanan menyelusuri sungai Air Hitam Dalam selama
2,5 – 3 jam, atau langsung ke Nipah Panjang selama 4-5 jam. Dari Nipah Panjang
dilanjutkan ke Desa Air Hitam Laut selama 5-8 jam melalui Laut Cina Selatan
(perjalanan ke Air Hitam Laut harus melihat cuaca ombak Laut Cina Selatan yang
terkenal ganas).
Kantor
: Jl. Arif Rahman Hakim No. 10 C Lantai II
Telp./Fax.: (0741) 667983, Jambi 36124
E-mail: berbak@ja.mweb.co.id
Dinyatakan ---
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 285/Kpts- II/1992 dengan luas 162.700 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kab. Tanjung Jabung, Provinsi Jambi
Temperatur udara 25° - 28° C
Curah hujan Rata-rata 2.300 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 20 meter dpl
Letak geografis 1°08’ - 1°43’ LS, 104°05’ - 104°26’ BT
3. Taman Nasional
Seblat
Pembentukan
Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan hasil dari penyatuan beberapa kawasan
Cagar Alam, seperti: Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa
Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat. Di dalam cagar alam
tersebut terdapat kawasan hutan lindung dan hutan produksi. Kawasan hutan
berfungsi menghasilkan air guna memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat yang
hidup disepanjang bantaran sungai seperti sungai Batanghari dan sungai Musi.
Mengingat peran yang sangat vital dari hutan tersebut, maka pada tanggal 4
Oktober 1982 bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia yang diadakan di
Bali, pemerintah menjadikan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai
kawasan hutan lindung.
Taman
Nasional Kerinci Seblat memiliki luas 1.368.000 Ha, dengan perincian: seluas
353.780 Ha (25,86%) berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat, 422.190 Ha
(30,86%) berada di wilayah Provinsi Jambi, 310.910 Ha (22,73%) terletak di
Propinsi Bengkulu; dan seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Propinsi Sumatera
Selatan. Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat masuk dalam wilayah 9 Kabupaten,
43 Kecamatan dan 134 Desa di empat provinsi tersebut. Sebagian besar kawasan
taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di
Pulau Sumatera bagian tengah.
Topografi
Topografi
Taman Nasional Kerinci Seblat yang berada pada ketinggian antara 200 sampai
dengan 3.805 meter dpl ini bergelombang, berlereng curam dan tajam. Sedangkan
topografi taman yang relatif datar, terdapat pada ketinggian 800 meter dpl atau
terdapat di daerah enclave yang berada di Kabupaten Kerinci.
Ekosistem
Di
dalam Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat beberapa tipe ekosistem hutan.
Mulai dari tipe ekosistem hutan dataran rendah, sampai ekosistem sub alpin dan
beberapa ekosistem khas seperti rawa gambut, rawa air tawar dan danau. Taman
Nasional Kerinci Seblat juga memiliki hutan primer dengan beberapa tipe
vegetasi.
Tipe
vegetasi utama didominasi formasi seperti: Vegetasi dataran rendah yang berada
di atas 200 sampai 600m dari permukaan laut (dpl); hutan dengan Vegetasi
pegunungan/bukit yang berada pada ketinggian 600 sampai 1.500m dpl; hutan
Vegetasi montana yang berada pada ketinggian 1.500 sampai 2.500 m dpl; hutan
Vegetasi belukar gleichenia/paku-pakuan yang tumbuh pada ketinggian 2.500
sampai 2.800m dpl dan terakhir hutan Vegetasi sub alpine yang tumbuh pada
ketingian 2.300 sampai 3.200m dpl.
Flora
Hutan
Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4.000 jenis tumbuhan yang didominasi
oleh famili Dipterocarpaceae. Tumbuhan yang langka dan endemik seperti pinus
kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborea), bunga
raflesia (Rafflesia arnoldi dan R. hasseltii), dan bunga bangkai
(Amorphophallus titanum dan A. decus-silvae).
Fauna
Fauna
di wilayah taman nasional terdiri antara lain Badak Sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis), Macan Dahan
(Neopholis nebulosa), Harimau Loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrensis),
Kucing Emas (Felis termminnckii), Tapir Melayu (Tapirus indica), Beruang Madu,
Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis). Jenis amphibia antara lain: Katak
Bertanduk (Mesophyrs nasuta); jenis primata: Siamang (Sympalagus syndactylus)
Ungko (Hylobates agilis), Wau-wau Hitam (Hylobates lar), Simpai (Presbytis
melalobates), Beruk (Macaca nemestrina) dan Kera Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) dan jenis burung endemik seperti: Burung Tiung Sumatera (Cochoa
becari), Burung Puyuh Gonggong (Arborophila rubirostris), Burung Celepuk (Otus
stresemanni) dan Burung Abang Pipi (Laphora inornata), sekitar 370 spesies
burung.
Potensi Pengamatan
Potensi
lainnya yang menarik perhatian pengunjung di taman nasional ini, seperti
pengamatan suara burung rangkong (Buceros rhinoceros sumatranus) dan julang
(Aceros undulatus undulatus) serta suara tawa histeri yang menakjubkan dari
burung gading (Rhinoplax vigil); adanya kucing emas (Catopuma temminckii
temminckii) yang sangat misterius; serta adanya misteri yang belum terpecahkan
tentang sejenis satwa primata yang berjalan tegak dan cepat sekali menghilang
diantara pohon, dimana masyarakat setempat menamakannya “orang pendek”.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi
•
Gunung Kerinci. Mendaki gunung dan berkemah. Gunung Kerinci (3.805 m. dpl)
merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia dan masih aktif.
•
Danau Gunung Tujuh. Melihat panorama danau, dan pengamatan satwa. Danau Gunung
Tujuh merupakan danau vulkanik yang tertinggi di Sumatera (2.000 m. dpl) seluas
1.000 ha yang dikelilingi oleh tujuh buah gunung.
•
Goa Napal Licin dan Kasah. Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan
stalaknit
•
Grao Solar, Nguak dan Kunyit. Melihat semburan air panas (airnya sangat jernih)
setinggi 15 meter dan pengamatan satwa.
•
Letter W. Melihat bunga raflesia dan bunga bangkai, serta kelinci Sumatera. •
Rawa Ladeh Panjang. Penelitian dan pengamatan satwa.
Wisata budaya
Melihat
budaya Suku Kubu yang masih tradisional, atraksi budaya di luar taman nasional
berupa Parade Budaya pada bulan November di Sungai Penuh, Budaya Melayu pada
bulan Januari di Jambi, dan Festival Tabot pada bulan Juni di Bengkulu.
Musim kunjungan terbaik
Dari
bulan Januari s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi
Dari
Padang-Tapan-Sungai Penuh berjarak 278 km (7-8 jam) dengan mobil,
Padang-Muaralabuh-Kersik Tuo, 211 km (5-6 jam) dengan mobil, Jambi-Sarko-Sungai
Penuh, 500 km (9-10 jam) dengan mobil dan Bengkulu-Tapan-Sungai Penuh, 417 km
(8-9 jam) dengan mobil.
Informasi lebih jauh hubungi
Taman Nasional Kerinci Seblat
Kantor UPT Taman Nasional Jambi
Jl.
Basuki Rahmat No. 11, Sungai Penuh 32112, Jambi
Telp.
(62) 748-22240, (62) 748 22250
Fax.
0748-22300
Kantor Pusat Pengurus Taman Nasional II (PTN II)
Padang
Jalan
Khatib Sulaiman no. 46 Padang
Telp./fax:
(62) 751-447668
Kantor Sub Balai KSDA Propinsi Bengkulu
Jl.
Mahoni No. 11 Bengkulu
Telp.
(62) 736 21697
Kantor Sub Balai KSDA Sumatera Selatan
Jl.
Kol. H. Barlian Punti Kayu Km 6,5 Palembang
Telp.
(62) 711 410948.
4. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Taman Nasional Bukit Tiga
Puluh kini mendapat ancaman serius dari penebangan hutan ilegal dan penanaman minyak sawit.
Taman
Nasional Bukit Tigapuluh merupakan kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan
dataran rendah bagian Timur Sumatera, dan mempunyai potensi keanekaragaman
jenis tumbuhan/satwa endemik yang bernilai cukup tinggi.
Tipe
ekosistem penyusun hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh adalah hutan dataran
rendah, hutan pamah dan hutan dataran tinggi dengan jenis floranya seperti
jelutung (Dyera costulata), getah merah (Palaquium spp.), pulai (Alstonia
scholaris), kempas (Koompassia excelsa), rumbai (Shorea spp.),
cendawan muka rimau/raflesia (Rafflesia hasseltii), jernang atau palem
darah naga (Daemonorops draco), dan berbagai jenis rotan.
Taman
Nasional Bukit Tigapuluh memiliki 59 jenis mamalia, 6 jenis primata, 151 jenis
burung, 18 jenis kelelawar, dan berbagai jenis kupu-kupu.
Disamping merupakan habitat
harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus),
ungko (Hylobates agilis), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus),
sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus) dan
lain-lain; juga sebagai perlindungan hidro-orologis Daerah Aliran Sungai
Kuantan Indragiri.
Semula
kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan hutan lindung dan hutan
produksi terbatas. Meskipun demikian, kondisi hutan taman nasional tersebut
relatif masih alami.
Masyarakat di sekitar Taman
Nasional Bukit Tiga Puluh terdiri dari beberapa suku dengan adat istiadat dan
budaya yang relatif masih sangat tradisional yaitu Suku Anak Dalam, Suku Talang
Mamak dan lain-lain. Masyarakat tersebut terutama Suku Talang Mamak, percaya
bahwa bukit dan tumbuhan yang ada di taman nasional ini mempunyai kekuatan
magis dalam kehidupan mereka. Secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi
aktif dalam menjaga dan melindungi bukit/tumbuhan di taman nasional.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Air Hitam Dalam.
Menyelusuri sungai dan melihat menyaksikan kehidupan tumbuhan/satwa. Air Hitam
Dalam merupakan habitat harimau Sumatera. Tembelung Berasap. Melihat
panorama air terjun, mandi dan pengamatan tumbuhan. Batu Belipat dan Batu Gatal.
Wisata budaya. Arung jeram. Kegiatan arung jeram dapat dilakukan di Sungai
Gangsal, Sungai Menggatai, dan Sungai Sipang. Kemantan. Wisata budaya, untuk
melihat upacara keagamaan Suku Talang Mamak. Atraksi budaya di luar taman nasional: Atraksi budaya di luar
taman nasional yaitu Siak Bermandah pada bulan Juni dan Pacu Jalur pada bulan
Agustus di Riau.
Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Juli setiap tahunnya.
Cara
pencapaian lokasi :
Pakanbaru – Siberida, 285
km (± 4 jam) menggunakan mobil dan selanjutnya ke lokasi melalui jalan bekas
HPH.
Kantor : Jl. Raya Rengat No.
70, Pematang Reba
Rengat Indragiri Hulu, Riau
Telp. (0769) 341279; Fax. (0769) 341148
E-mail: btnbt2003@yahoo.com
Dinyatakan -----
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 539/Kpts-II/1995
dengan luas 127.698 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 6407/Kpts-II/2002
dengan luas 144.223 hektar
Letak Kab. Indragiri Hulu dan Kab. Indragiri Hilir Provinsi Riau serta Kab.
Bungo Tebo dan Kab. Tanjung
Jabung, Provinsi Jambi
Temperatur udara 28° – 37°C
Ketinggian tempat 60 - 734 meter dpl
Letak geografis 0°40’ - 1°30 LS, 102°13’ - 102°45’ BT
7 (Tujuh) Cagar alam di Provinsi Jambi
1. Cagar Alam HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR; Tanjung Jabung,
Jambi, 4.126,60 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 14/Kpts-II/2003, 7
Januari 2003.
2. Cagar Alam SUNGAI BATARA; Tanjung
Jabung Barat, Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI
Nomor: 421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.
3. Cagar Alam BULUH HITAM; Bungo Tebo,
Jambi, 700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor:
421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.
4.Cagar Alam CEMPAKA; Bungo Tebo, Jambi, 1.000,00 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 421/Kpts-II/ 1999, 15 Juni
1999.
5.Cagar Alam DURIAN LUNCUK I; Sarolangun Bangko, Jambi,
73,74 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 820/Kpts-II/1997, 30 Desember
1997.
6.Cagar
Alam DURIAN LUNCUK II; Batanghari, Jambi, 41,37 ha, Keputusan Menteri Kehutanan
RI Nomor: 821/Kpts-II/ 1997, 30 Desember 1997.
Dari 6 Cagar
Alam tersebut kita kupas salah satu yaitu Cagar lam HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR;
Tanjung Jabung, Jambi, 4.126,60 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor:
14/Kpts-II/2003, 7 Januari 2003. Provinsi Jambi
memiliki garis pantai yang cukup pendek, 228,13 km, bila dibanding provinsi
lain yang memiliki pantai 500 – 3000 km. Hanya dua kabupaten yang dilalui
pantai ini, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Berbeda dengan
pantai di Bali yang terbuka dan berpasir halus, pantai di Provinsi Jambi
merupakan pantai tertutup (berhutan bakau) dan berlumpur sehingga fungsinya
sebagai daerah kunjungan wisata kurang menonjol. Akan tetapi dengan
berkembangnya konsep wisata yang tidak lagi sekedar menjual keindahan wilayah,
keunikan dan kekayaan alam wilayah di pantai Timur Provinsi Jambi ini
berpotensi menarik wisatawan. Keunikan tersebut antara lain hutan bakau dengan
fauna serta flora yang bersifat endemik seperti angrek hitam,lumba-lumba,
buaya, aneka jenis burung; atau sumberdaya alamnya alamnya berupa jenis ikan
laut dan madu hutan bakau.
Sayangnya, kegiatan
pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk tidak selalu berhubungan harmonis
dengan lingkungan. Kedua kabupaten yang merupakan pecahan dari Kabupaten
Tanjung Jabung pada tahun 1999 ini, berpacu mengejar ketertinggalannya dan
seringkali langkah tersebut mengabaikan lingkungan yang semestinya
dipertahankan secara optimal untuk kehidupan generasi yang akan datang.
Tulisan ini sekilas akan memaparkan kondisi Pantai Timur Provinsi Jambi
saat ini, khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Tanjung
Jabung Timur Mengejar Ketertinggalan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 54 Tahun
1999 dan Undang-undang No. 14 Tahun 2000. Berdasarkan Undang-undang No. 27
Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, luas
wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur termasuk perairan dan 30 pulau kecil
(termasuk pulau berhala, 11 diantaranya belum bernama) menjadi 13.102,25 Km2.
Panjang pantai sekitar 191 km atau 90,5 % dari panjang pantai Provinsi Jambi.
Pada periode pemerintahan Bupati Tanjung Jabung yang pertama, Abdullah Hich,
telah banyak perubahan yang dilakukannya terhadap salah satu kabupaten
terisolir di Indonesia tersebut. Hich membangun ratusan sekolah dan puskesmas.
Pada masa kepemimpinannya jugalah infrastruktur jalan dan jembatan dibangun
sehingga jarak tempuh Kota Jambi ke Kota Muara Sabak yang dulunya lebih
dari 5 jam, kini bisa dicapai dalam waktu 2 jam saja.
Penerusnya, Bupati
Zumi Zola Zulkifli tak kalah gesit membangun daerah dan membuka keterisoliran
wilayahnya. Kebijakannya untuk memberikan insentif kepada para guru agar
bertahan di pelosok, pemberian kredit ringan untuk para nelayan melalui
program pengadaan pompong (kapal nelayan kecil berkekuatan 3 GT) dan lain-lain,
cukup terasa meringankan beban masyarakat bawah.
Kabupaten yang
berbatasan dengan Kepulauan Riau ini merupakan daerah kaya dengan kegiatan
pertanian utama bertanam padi, pisang, kelapa dalam, kelapa sawit, pinang dan
perikanan.
Selain sebagai
kawasan ekonomi potensial, Tanjab Timur juga merupakan kawasan konservasi atau
pelestarian alam. Disini terdapat dua kawasan konservasi hutan bakau yakni
Cagar Alam Hutan Bakau (4.126 Ha) dan Taman Nasional Berbak (162.700). Taman
Nasional Berbak (TNB) merupakan kawasan konservasi lahan basah terluas di Asia
Tengggara. Pantainya merupakan tempat persinggahan burung-burung migran setiap
tahunnya.
Sebagai daerah
tujuan wisata, Tanjab Timur mulai menyelenggarakan agenda tahunan seperti
ritual Mandi Safar di Pantai Air Hitam yang dihadiri ribuan masyarakat. Selain
itu terdapat pantai lain yang cukup ramai dikunjungi, Pantai Alang-alang dan
Sungai Ular. Keberadaan situs Datuk Berhala di Kecamatan Sadu yang dipercaya
merupakan moyangnya orang Jambi, kegiatan mengintip burung (birdwatching) dan
rute ekowisata ke taman nasional, termasuk daya tarik lain daerah ini. Belum
lagi kuliner yang ditawarkan seperti Sop Sumbun. Sumbun adalah sejenis kerang
bambu yang hanya ada di perariran Tanjab Timur dan Kalimantan. Kelangkaan serta
khasiatnya menyebabkan sumbun dihargai hingga 15 ringgit per kilonya di
Malaysia.
Dampak
Kerusakan Lingkungan Terhadap Ekonomi Masyarakat
Daerah pantai di Tanjab Timur masih menggambarkan kemiskinan, sebagaimana jamak
terlihat di daerah pesisir lainnya di Indonesia. Berkeliling menggunakan boat,
kita akan melihat barisan rumah pantai yang kumuh, sempit, tak teratur dan
merusak pemandangan. Di kolong rumah berserakan sampah plastik dan limbah dapur
serta limbah manusia. Rumah-rumah pantai tersebut memang tidak memiliki
fasilitas kakus. Pantai dan laut bagi mereka adalah halaman belakang rumah,
tempat untuk membuang sampah dan barang-barang tak berguna lainnya.
Angka kemiskinan di
Tanjung Jabung Timur masih tinggi. Berdasarkan data tahun 2012, terdapat 5.759
KK miskin atau 11,25% dari total penduduk daerah tersebut. Masyarakat
miskin di kawasan pantai ikut menyumbangkan pencemaran, memperparah
tingkat pencemaran yang bersumber dari industri.
Pencemaran
Laut Akibat Aktivitas Industri Menengah Dan Besar di Tanjab Timur
Perambahan hutan
bakau sampai saat ini masih terjadi. Wilayah hutan yang luas sementara petugas
pengawasnya terbatas, mengakibatkan hutan bakau tak terjaga secara optimal.
Bukan hanya itu, kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan pun menurun. Di
wilayah pantai timur, kayu bakau sering diambil untuk keperluan memancang
bangunan (cerucuk), menopang jala ikan di pantai (jajar) atau untuk tenda
pesta. Ulah oknum nakal yang menjadikan kayu bakau sebagai komoditi dagang,
menyebabkan kerapatan hutan bakau semakin berkurang. Di masa lalu terdapat
kearifan lokal, setiap warga yang hendak menikah diwajibkan menanam 10 batang
bakau. Sekarang tradisi tersebut tak dijumpai lagi.
Ancaman terhadap
hutan bakau bukan saja untuk diambil kayunya, juga untuk diambil
tanahnya. Di Kecamatan Nipah Panjang misalnya, dari 11 pulau yang ada di
wilayah tersebut, 9 pulau diantaranya merupakan wilayah konservasi namun saat
ini banyak yang diambil masyarakat, lalu dijadikan kebun kelapa, pisang bahkan membangun
rumah. Keshalehan ekologi masyarakat menurun karena dihadapkan pada pilihan
ekonomi untuk bertahan hidup.
Kekumuhan pantai dan
kerusakan hutan bakau, berlahan-lahan menunjukkan dampak negatifnya,
berupa menurunnya hasil tangkapan ikan. Para nelayan kini harus melaut lebih
jauh dan seringkali pulang membawa hasil yang tidak memadai. Hal ini disebabkan
menurunnya produktivitas ikan karena akar bakau yang merupakan tempat berbiak
alami ikan-ikan tersebut jauh menyusut.
Demikian juga banyak
petani kelapa dalam yang harus meninggalkan lahannya karena pohon kelapa tidak
produktif lagi. Hal ini disebabkan oleh hantaman ombak dan intrusi air laut.
Bakau dan nipah yang dulu berfungsi melindungi pantai dari abrasi dan intrusi
air laut kini berkurang kerapatannya sehingga tidak mampu menahan ombak yang
sangat besar pada bulan-bulan tertentu.
Upaya pemerintah
membangun tanggul di sekitar kebun atau rumah penduduk merupakan langkah yang
boros. Seandainya bakau dan nipa masih ada, tanggul tersebut tidak diperlukan
untuk mencegah abrasi. Pengabaian fungsi ekologi bakau mengakibatkan
biaya pembangunan di Tanjab Timur menjadi lebih tinggi.
Saat ini ada upaya
dari Badan Konservasi Sumbar Daya Alam Jambi (BKSDA) untuk merekrut warga
setempat menjadi kader konservasi. Mereka diharapkan dapat menularkan kesadaran
ekologi kepada warga sekitar sehingga penebangan pohon bakau dapat
dikurangi. Penegakan peraturan bukan solusi terbaik karena
keterbatasan aparat dan wilayah yang sangat luas. Upaya meningkatkan kesalehan
masyarakat terhadap lingkungannya harus segera dimulai dan biayanya jauh lebih
rendah daripada harus membangun tanggul atau merekrut pegawai pemerintah untuk
mengawasi kawasan konservasi di Tanjab Timur ini.
2. Cagar Alam SUNGAI BATARA; Tanjung
Jabung Barat, Jambi, 1.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI
Nomor: 421/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.
PUSTAKA: